Monday 28 May 2018

PUISI


Senja Pelepas Dahaga
Oleh: Kang Win
Matahari terlihat mulai sembunyi
Cahaya mulai redup
Terurai debu-debu meronta
Tanda mata mulai terbuka
Terbuka dari rasa fana
Berkecambuk hiruk pikuk kendaraan
Jalan semakin berjubelan
Tertuju tujuan yang berlainan
Sorak ceria anak-anak bermain petasan
Keselamatan tak dihiraukan yang penting hati senang
Senja terpapang membahana
Suara Qiroah menggema
Haus dan lapar semakin dekat terobati
Apakah Seharian hanya Haus dan lapar yang di tahan ?
Sekiranya bukan itu yang dimau
Namun jari jemari menulis kata-kata yang bijak kadang hoax
Tak tau apakah biasa saja atau luarbiasa atas kedatangan Bulan Suci ini
Ah. ...
Jemari kian aktif bak lidah tak bertulang
Ah ..
Dahaga mulai terobati
Lapar mulai pergi
#Selamat_Berbuka_Puasa
Ponorogo, 28 Mei 2018

Sunday 27 May 2018

PUISI

 Air Mata Kasih Sayang

 Oleh: Kang Win

Ibu…..
Kilauan matamu mencerminkan betapa penat hidup ini
Uban putih tanda hidup akan beralih
Ibu……
Di tanganmulah aku bisa tegar
Air mata kasih sayangmu  semangat langkahku
Tegur marahmu adalah buah kasih sayangmu
Betapa besar harapan dan impian diemban
Ibu…..
Hidup ini serba teka-teki
Harapan kadang cuman mimpi di siang hari
Tapi……….
Berkat air mata kasih sayangmu hidup ini berarti
Demi langkah maju kedepan
Kau tetap tegar dan sabar
Walau hujan hujatan datang bertubi-tubi
Kau tetap tenang
Ibu………
Kaulah guru kehidupanku
Dari kecil sampai besar
Hari demi hari
Kau isi dengan air mata kasih sayang berharga
Dikala sakit…
Kau tetap bangkit
Ibu…..
Ibu….
Ibu….
Kaulah guru terbaikku
Ponorogo, Desember 2011



 Lalat Penghisap


 Oleh: Kang Win

Sekian banyak lalat beterbangan
Beribu jajanan dinodai
Bertabur keindahan nan kelejatan
Namun…..
Tiada pasti dinanti
Tiada janji diberi
Semua terbang bagaikan lalat penghisap
Berjuta makanan tanpa dosa dinodai
Hinggap kesana kemari hanya obral janji
Entah…
Di kepala lalat cuma penabur penyakit
Penyakit yang sulit untuk bangsa bangkit
 Lalat beterbangan tanpa dosa
Di angkasa menari-nari ria penuh bidadari
Bidadari pemenuh nafsu birahi
Entah sampai kapan…
Lalat-lalat penghisap berkeliyaran di mana-mana
Tak tau bahkan tak terasa penebur dosa
Lalat-lalat penghisap
Ponorogo, Desember 2011


Teriakan Kodok


Oleh: Kang Win

Kodok-kodok berdzikir di tengah malam tanda  trimakasih pada Sang Pemberi
Lantunan merdu tertimpuh salju tropis
Gembiraria seperti tak punya lara
Semua berkomat-kamit
Memuja tanda hormat atas segala anugrah yang ada
Berbaris, berjejer seakan tiada yang menghancurkan
Air tenang dingin tanda musim hujan telah tiba
Berjubel harapan digantungkan
Berjubel cinta ditautkan
Berjubel cita-cita dihidangkan
Hujan telah tiba
Namun……
Tak semua kodok menikmati
Tak semua kodok merasa tenang nan bahagia
Setiap saat tangan-tangan kekar siap mencari untuk umpan
Umpan demi pencari ikan-ikan kehidupan
Nyawa siap dipertaruhkan untuk bertahan
Apa daya…
Semua hak-hak sewaktu-waktu bahkan tak tahu akan dirampas
Demi atas nama melaksanakan tugas

Ponorogo, Desember 2011



Debu Harapan


Oleh: Kang Win

Di anatara berjuta debu bertaburan
Di antara berjuta daun kering berguguran
Di antara berjuta sepasang mata melihat
Namun apa daya…
Semua beterbangan ke sana ke mari tanpa tujuan
Terbang namun tak tau arah yang dituju
Berjuta harapan hanya terbang bagaikan debu bertaburan
Bukan jadi tujuan justru jadi semboyan belaka
Semboyan tanpa makna dan kenyataan
Tak terasa debu-debu harapan menumpuk bak sampah di jalan raya
Jijik dilihat bahkan tau mau lewat
Gunungan debu harapan tinggal crita belaka
Tersapu dolar, justru mekar
Debu-debu bertaburan di tiap kepala manusia
Apa daya….
Harapan cuman harapan
Tak bisa diwujudkan
Entah ….
Berjuta debu dan daunan berserakan di jalan
Jalan-jalan menuju kejayaan
Entah….
Sampai kapan debu itu tetap berserakan
Debu-debu harapan diambil dan diubah
Tangan-tangan pejuanglah perubah kemajuan jaman
Debu dan dedaunan harapan kan selalu bertebaran demi perubaha jaman
Ponorogo, Desember 2011

PUISI

Lampion Kehidupan
Di antara bintang-bingtang yang bercahaya
Sang rembulan asyik menyinari gelapnya malam
Gelap yang menylimuti kehidupan serba mimpi
Di lautan malam tenang terbesit ratapan mencengkram uluh hati
Ratapan bebatuan hitam kelam diam tak bisa bergumam
Bebatuan enggan berjalan tapi ingin berjalan
Kelam diantara malam yang penuh gelap gulita kehidupan
Sulit untuk bergerak, merangkak bahkan berteriak
Di antara pantulan cahaya bulan
Beribu angan digantungkan sebagai lampion kehidupan
Lampion pencerah kehidupan kearah keabadian
Di balik bebatuan hitam kelam
Terselip lampion-lampion kehidupan
Tapi……
Lampion kehidupan sebatas angan-angan belaka
Angan-angan yang sulit untuk diwujudkan
Ponorogo, Desember 2011
Erwin Purwanto
 
                                                                 iBU Pertiwi
Sekian lama aku termenung menyapa langit yang cerah
Aura panas menyapa penuh penindasan
Sekian lama aku tidur dipangkuan Ibu Pertiwi
Tak terasa air mata menetes membasahi bumi suci ini
Sekian lama berdiri di tengah lautan
Berjuta-juta gelombang menerjang penuh garang
Sekian lama aku nanti kedamaian di IBU pertiwiku
Namun berjuta warna menghiasinya
Berjuta Watak saling berteriak
Dimanakah letak perdamaian ini
Akankah setiap saat bermusuhan dengan saudara sendiri?
Akankah mereka tega makan daging saudara sendiri?
Kemanakah jati diri bangsa ini?
Apakah bosan, lalu pergi?
Apakah dilupakan, terus menghilang?
Oh Ibu pertiwiku…
Aku makan dari bagianmu
Aku minium dari airmu
Aku bernafas dari udaramu
Aku bersujud kepada Sang Pencipta di tanahmu
Akankah semua itu tak dirasakan sama sekali?
Akankah itu kata-kata yang hampa ?
Akankah rasa, cipta, dan karsa itu lenyap ?
Oh Ibu pertiwi…
Sekian juta tahun kau tetap kekar dan setia
Tapi…
Mereka yang baru saja seumur jagung sudah semena-mena padamu
Mereka merasa kuat tak tertandingi
Ponorogo, Februari 2012
Erwin Purwanto

CERPEN

Menuju Kota
Oleh:
Erwin Purwanto*

Awan hitam, tiba-tiba beralih menjadi putih tipis sehabis gremis. Berjalan menylusuri negeri yang damai. Burung merpatipun menari-nari kegirangan di atas pohon turi. Menyapa perubahan musim yang diidam-idamkan.
Sepekan di tempat kelahiranya, terasa sejam dan berat untuk meninggalkan. Mi’un harus bergegas meninggalkan desa yang penuh kenangan. Sore-sore sekali sehabis dari Tempat Pemakaman Umum desa sebelahnya, Mi’un langsung menuju terminal diantar oleh ayahnya. Sesampai di terminal Mi’un mencium tangan ayahnya sebagai tanda hormat sekaligus berpamitan. Bus Terus Maju yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Mi’un memilih kursi yang dekat jendela bus. Kepalnya ditempelkan di kaca jendela. Pikirannya melayang-layang mencari seribu kenangan.
Apakah aku berdosa? Tiba-tiba hati Mi’un berbisik. Ingatannya masuk kedalam tiga tahun yang lalu. Kekasihnya di sebrang desa tempat kelahirannya kini tinggal nama.
Entah apa yang terjadi? Aku tak menyangka kau berbuat yang sama sekali tak ku bayangkan.
Dulu diujung telpon, sapaanmu selalu mengisi waktuku, candamu, tawamu, marahmu, serta crita-critamu yang lucu-lucu….!
Rembulan
Hari-hariku terisi oleh sinarmu
Sinarmu energi hidupku
Sinarmu menyapa tiap malam
Oh rembulan
Betapa cerah sinarmu
Hatiku tak berkutik
Tatkala sinarmu menyentuh hatiku
Hatiku gelap jadi terang
Terangi sinar cintamu
Hatiku beku jadi cair
Hatiku keras jadi lunak
Oh rembulan
Sinarmu sinar kehidupanku
Kutakkan Hidup tanpa sinarmu.

Aku mungkin cowok yang cengeng, cemen, tak bisa apa-apa. Itulah kata-kata yang terakhir yang dia lemparkan kepadaku. Dia namanya adalah Jelita. Malam-malam Dia datang ke kota menuju tempat rumah kontrakanku. Ketika aku masih aktif bermain drama di sanggar, tiba-tiba hpku berdering, hallo say….. aku sekarang sudah di rumah kontrakanmu, cepat kemari ya aku tungguu….! Tut…tut..tut….Tiba-tiba hand phoneku mati. Pertemuanku sama teman-teman segera aku akhiri. Aku segera naik sepeda montorku dan melaju cepat secepat kilat. Kekhawatiranku terhadap gadisku yang malam-malam kenapa datang, ada apa ini? Apakah mau bekerja disini? Berjejal pertanyaan di kepalaku.
Setiba di rumah kontraanku, aku kaget bukan main, ia tertidur di kursi teras sambil memegang botol minuman. Rambutnya terlihat acak-acakan tak disisir. Mulutnya berbau alkhohol, bajunya sangat kusut sekali. Sepontan aku mengambil minuman di kulkas, kemudian aku minumkan. Tiba-tiba dia bangun, dan menyapaku.  Hallo say…. Sayangku….gimana kabarmu, akau mau nginap sini ya…kangen, kangen, kangen say…?

Gadis yang dikenal Mi’un lewat facebook dan ternyata anak sebrang desanya. Kini tergampar lemah lunglai tak berdaya di hadapannya.
Bangun-bangun kenapa kamu ini? Ada apa? Mengapa kamu kayak gini? Teriak Mi’un.. Gadis itu mulia sadar. Jelita menceritakan tentang tadi pagi diejek temannya Lia, menganai tato di dada. Dia memenatang Jelita untuk membuat tato di dadanya. Apa kau berani? Tantang Lia. Ah gitu aja kamu sok kuat, lihat besok bagian pusar milingkar kebelakang akan aku tato! Jawab Jelita.
Mendengar cerita Jelita yang masih sebulan jadian sama Mi’un, Mi’un marah. Jelita yang dikenal lewat dunia maya ternyata seperti itu. Ketika Jelita menembak Mi’un, di kafe kesukaanya, Mi’un menerimanya sebab hampir satu setengah tahun setiap hari berkomunikasi selalu merasa nyaman, walaupun lewat sinyal telpon selluler saja. Kata hati Mi’un yang mangatakan menerima, namun secara pandangan mata masih bingun.
Keputusan Mi’un, akhirnya berbuah buah simalakama. Mi’un saja yang tidak pernah pegang botol minuman keras, kini belahan jiwanya malahan sudah ketagihan. Apakah ini kebadohanku? Mi’un bertanya-tanya dalam hati.
Sambil mendengarkan pengamen yang menyanyikan lagu "Pujaan Hati", Mi’un terus selalu teringat. Secara tak disadari Mi’un mengetik di handphone, dan meluapkan isi hatinya. 
Ketika pertemuan pertama, sebetulnya aku secara fisik sudah muak dengan keadaanmu, tapi aku berusaha ingin merubah hidupmu kejalan yang benar. Suara hatikulah yang mengatakan bahwa kamu bisa aku rubah berlahan-lahan.
Gadiku
Suaramu menyentuh hatiku
Tawamu menggugah candaku
Ceritamu menylinap dipikirku
Keluhanmu menusuk perasaanku
Oh  gadisku…
Hari-hariku menyertaimu
Sapamu berhujatan
Ruang waktuku terisi olehmu
Kehadiranmu datang setiap saat
Oh gadisku…
Betapa pudar pikirku
Tatkala mataku memandangmu
Kebenciaanku terslimut ditubuhmu
Dengan rambutmu terurai
Bajumu yang aduh hai
Badanmu yang memuai
Tertusuk panah yang tajam
Tak berkutik
Aku mengherankan ini
****

Aku dulu sudah berkata, apabila kamu mengecawakan perasaanku, aku terpaksa harus meninggalkanmu. Kalau kita mungkin jodoh Tuhan pasti melampangkan jalan kita. Tatkala itu kau berencana pergi ke negri sebrang.
Tapi kini apa yang terjadi, duniamu dan duniaku berbeda. Kau bohongi aku. Ketika kau  jarang kasih kabar, sebab kau sibuk dengan kerjaanmu. Memang kau sibuk dengan laki-laki lain. Kau mengaku masih perawan, ternyata kamu sudah janda. Ya usia pernikahanmu cuman lima bulan. Tapi, mengapa tatkala kau mengatakan kau suka padaku, kau berkata belum menikah. Gagal menikah gara-gara kau sering keluar rumah dan jarang pulang, itulah yang benar. Kebohonganmu sudah terbukti sebab mantan suamimu adalah temanku sendiri, yang aku  kenal seminggu yang lalu. Kini kau merengek-rengek dihadapanmu.
Huh…. dasar cowok…. Ecek, cemen, bajingan, anjing! Teriak Jelita sambil teler.  Aku percuma berkata keras-keras padamu. Bukan kata maaf yang keluar dari mulutmu, tapi perkataan kotor.  Sampai disini aja hubungan kita, aku tidak mau punya pacar seperti kamu. Uangku habis setiap minggu kau mengajak ke Mall, minta ini itu, sebetulnya masalah materi aku gak masalah, akan tetapi pembohongan besar yang kau buat. Aku ternyata ah … sebagai pelarian saja. Di luar pengawasanku kau memakai narkoba dan obat-obat terlarang bersama teman-temanmu laki-lakimu di luar sana, di base campmu. Aku tau semua. Kua sering tidur bersama-sama mereka. Hae… dengarkan aku? Teriakku sambil kupegang bahunya. Ya aku dengar cemen… kan itu semua surga dunia ha..ha…ha.. teriak Jelita.
Selang bebrapa jam datanglah segombolan pemuda datang. Permisi mas, Mas Mi’un to? Tanya salah satu pemuda. Ya siapa kalian??? …tanya Mi’un dengan suara tenang. Tiba-tiba salah satu dari mereka mengaku pacar Jelita. Mereka berpacaran sudah tiga bulan, dan sering pesta bersama di base camp. Lo mas Jelita kok di sini, mas siapanya? Tanya pemuda itu. Aku teman semasa kecilnya, ini tadi dia kebetulan lewat depan rumah, kemudian jatuh tergeletak. Kemudian aku bawa ke teras! Sebagai pemain drama, Mi’un berakting seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sebetulnya halilintar menyambar keras di kepalanya meluluhkan segala apa yang didekatnya. Kemudia para pemuda tersebut membawa Jelita kedalam mobil dan terlihat mobil tersebut malaju cepat secepat kilat hilang di tengah  malam.

Rembulan kini engkau redup
Kau kelihatan gelap
Sinarmu padam
Terang beralih gelap
Gelap gulita
Hatiku tak bisa kau sinari
Kini aku bingung
Rembulan mengapa kau sirna?
Sinarmu tak bias menyentuh hatiku lagi
Hatiku kini tertutup kembali
Tak bisa tuk trima sinarmu
Cintaku hanyut ditengah malam
Tatkala sinarmu menyengat kulitku
Panas…
Panas….
Panas sekali….
Sengatan sinarmu beda dengan dulu
Ketulusanmu berubah garang
Tatkala kau katakana
Surga dunia
****
 Selang tiga bulan setelah kejadian di rumah kontrakan, aku membaca surat kabar dengan judul "Minuman keras oplosan menelan korban seorang gadis". Aku baca sampai habis, ternyata salah satu korban bernama Jelita Sukma Melati. Aku langsung korscek keteman-teman ternyata betul itu Jelita yang pernah masuk dalam hatiku.
Ah itu dulu satu tahun yang lalu. Samapi jumpa Jelita, semoga keberadaanmu di sana bisa tenang, semoga segala kesalahanmu diampuni, semoga kau ditempatkan di tempat yang semestinya. Ya Allah ampunilah segala dosa-dosanya. Allahhumma firlahu warkhamhu waa’fIhi wa’fua’nhu. Amin….ya robbala’lamin.
Kemudian Mi’un terlelap tertidur. “Mas-mas karcisya?” kondektur membangunkan Mi’un. “Oh ya…. Ini mas, sampai mana ni?” Tanya Mi’un. “Sudah nyampek Krian.” Jawab Kondektur
Terlihat lampu-lampu berjalan di tepi jalan sambil menunduk malu. Hawa dingin menylimuti suasan kota yang sunyi. Terlihat truk-truk kontainer belalu lalang dengan tampang yang seram. Sang waktu yang dibawa Mi’un menunjkan jam satu malam. Di dalam bus hanya terdapat sepuluh orang, mereka terlelap dalam mimpi-mimpi yang indah. Di depan terlihat pak sopir sedang menahan kantuk, sesekali mengajak ngobrol sang kondektur. Di atas Kepala pak sopir ada kaca yang tertulis "sekilas pandang sepintas senyum" . Mi’un ketika baca tulisan itu, teringat wajah Jelita dan kadang ia tersenyum-tersenyum sendiri.


Ponorogo, 11 Mei 2011

Sandal

SANDAL
Oleh: Kang Win
sandal
Setiap hari kita tak terasa memakai sandal, entah sandal itu sandal agak rusak atau sandal yang bagus. Setiap hari dan sesering mungkin kita menginjak-nginjak sandal tersebut dan selalu menganggap hal yang biasa-biasa saja, namun ketika kita kehilangan sandal tersebut pastilah sangat kebingungan.
Tak terasa dan mungkin tak terpikirkan oleh kita, ternyata sandal mempunyai arti tersendiri dalam perjalanan hidup ini. Apabila kita mau mencermati sandal yang berjajar di halaman sebuah Masjid, demikian banyak jenis dan rupanya. Ada yang sandal jepit, sepatu sandal, sandal slop, sandal jepit yang warna-warninya berbeda tapi berpasang-pasang, sampai-sampai ada sandal jepit yang kelihatan usang yang berpasangan. Ada juga Sandal jepit yang tautannya atau dalam bahasa Jawa serampat warnanya tidak cocok dengan warna alas sandalnya.
Dari berbagai macam jenis, bentuk, dan warna sepsang sandal kita akan mendapat pelajaran yang sangat berharga. Sejenak mari kita bayangkan dalam pikiran kita wujud dan bentuk sandal yang sehari-hari kita gunakan. Kita akan tersenyum bahkan tertegun, apabila kita kita kehilangan sandal dalam selesai acara kondangan, sandal yang kita lepas dan ketika kita akan memakainya sudah tak berpasang, atau berbeda dengan pasanganya. Kita akan kebingungan sekali bahkan sangat panik, yang akahirnya pulang ke rumah memakai seadanya dan kadang tidak pakai alas kaki sama sekali.
Dari peristiwa diatas sekiranya ada pesan yang tersirat bagi kita,  setidaknya jangan meremehkan hal-hal yang kita anggap sepele atau kecil  sekitar kita. Sandal yang kita injak-injak setiap hari  ternyata bisa membuat panik bagi kita.
Apabila kita lihat sandal yang berpasang-pasang ternyata, memiliki keindahan tersendiri dan memiliki nilai kepantasan. Mari kiata bayangkan jika sandal kulit sebelah kiri dan sandal jepit sebelah kanan, adakah kepantasannya?  Ya ada, mungkin itu keadaan terpaksa jika yang sebelahnya hilang. Namun kita tidak akan memakainya untuk selamanya. Bahkan hanya sekali itu saja, atau mungkin ketika kebingungan mau ke kamar kecil mengambil sandal seadamya dan tak memikirnrnya dalam memakainya.
Dari ketidak pantasa sandal yang kita pakai, itulah perjalan hidup manusia diciptakan berpasang-pasang saling mengisi dan melangkapi . Demikian juga apabila kita salah memilih pekerjaan yang tak sesuai dengan keahlihan atau keminatan kita kita kan kesulitan menyesuaikan dalam berkerja. Kita akan merasa terbebani beban pekerjaan yang tersa berat kerena tidak sesuai dengan kapasitas kita. Namuh itu semua jika kita enjaoidalam memakai sandal yang  berlainan tidak mengapa, akan tetapi apabila kita tidah menguasai keadaan akan mersa tidak nyaman apabila kita jadi bahan pembicaran orang.
Selain tentang pekerjaaan, gambaran sandal yang berlainan bentuk maupun jenisnya sekirannya dalam memilih teman pergaulan atau lingkungan kita. Apabila kita belum siap menerima konsekuensinya jangan sekali-kali memakai sandal yang berlainan atau istilah jawanya segle. Kita hidup dalam lingkungan tidak mengenal minum-minuman yang berbau alkohol kita akan tidak pantas atau tidak baik bergaul dalam lingkup suasana orang-orang yang berpesta miras maupun obat-obat terlarang.
Dalam berumah tanggapun Filosofis sandal akan terasa juga, pasangan  hidup yang tidak sejajar atau tidak pantas. Sudah banyak digambarkan dalam dunia perfilemannya kehidupan antara suami dan istri yang bereda statusnya. Hakikatnya filem ialah gambaran dari kehidupannya, sehingga kita bisa lihat pernikahan yang tidak didasari  atas cita  serta mencari Ridho Sang Illahi akan berakhir berantakan karena gara-gara statusnya yang berbeda.
Sehingga dibutuhkan konsep jiwa yang kuat dan atas dasar Lillahitaa’lala ketika kita akan mau memakai sandal yang tidak berpasangan, baik secara wujud, warna, dan jenisnya.
Ponorogo, 22 Oktober 2016

Thursday 10 May 2018

Makan dan Minum

Makan dan minum merupakan kebiasaan sehari-hari. Kebutuhan yang diperlukan tubuh agar tetap kuat menjalankan segala aktivitas. Selain maka dan minum untuk penghapus lapar dan haus, ialah memakan segala lini kehidupan yang telah terjadi, dari bangun samapai tidur kembali. Banyak hal bisa dimakan, peristiwa yang kita jalani setiap saat bahkan setiap detikpun, semua memiliki dan mempunyai pesan-pesan yang harus dipecahkan. Kita tanpa memecah apa yang terkandung di dalamnya, kita justru akan merugi besar. Memang sepintas tidak ada apa-apa, akan tetapi apabila kita mau menggali lebih dalam lagi dan mau membuka cakrawala pemikiran kita, baik secara ilmu pengetahuan ataupun keagamaan, pasti kita mengerti semua apa yang telah kita lewati.
Dunia memang membingungkan, kadang mendukung kita kadang kali menjrumuskan kita pada kenistaan. Kenikmatan yang sudah kita dapat, justru kita merasa kurang dan kurang serta selalau merasa kurang. Peristiwa yang terjadi atau permasalahan yang kita jalani pasti memiliki dan mempunyai tujuan, siapa yang mengadakannya ??? pastilah Tuhan yang Maha Bijaksana. Dengan teguran dan sapa-Nya yang berupa percikan peristiwa setiap detik, tak terasa kita dibimbing dan diarahkan kearah yang benar. Merasa atau tidak, menyakini atau tidak tergantung hati kita. Kekerasan hatilah yang membuat kita tak bisa membaca ayat-ayat Tuhan yang luar biasa yang setiap detik selalu menyertai hidup kita.
Dari alam kita bisa mengetahui betapa alam mempunyai nialai-nilai pembelajaran yang sangat besar sekali. Misalnya, ketika melihat pohon yang mana ketika malam merundukkan daun dan rantingnya ke bawah, ini mensyaratkan kita ketika saatnya beribadah kepada Tuhan yang harus dilaksanakan. Pada waktu siang Pepohonan berdidri kekar, daun-daun segar antusias memeasak makannannya untuk bertahan hidup, demikian juga manusia harus bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk bekerja sungguh-sungguh untuk mendapatkan atau bisa makan untuk bertahan hidup.
Kita diberi akal dan pikiran oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan Bijaksana, kenapa kita tidak menggunakannya?. Apakah kita hanya duduk-duduk nyatai bisa bertahan hidup, Kan Gak..???? apapun bisa menjadi sumber rizki, tinggal kita mau tidak untuk memanfaatkan apa yang ada di dekitar kita. Ya … Kita harus bersungguh-sungguh untuk bertahan hidup apa lagi merubah nasib yang buruk menjadi baik itu semua butuh proses. Dan juga ber do’a kepada yang Maha Kuasa secara kontinyu. Dia-Lah yang mengatur segala gerak-gerik di dunia dan di langit, Dia-Lah yang mengusainya, kita sebagai makhluk yang amat kecil kita tak kuasa melawa-Nya. Kita harus tunduk dan patuh kepada Perintah dan larangan-Nya. Seering berjalannya waktu kita harus mampu memupuk keimanan kita serta pandai membaca ayat-ayat Tuhan.
Memang dalam perjalanan hidup ini membingungkan dan kerap membuat pusing, akan tetapi itulah hidup. Hidup itu apa? Untuk apa hidup ? Bagaimana menyelaminya? Mengapa hidup ? dan akan kemanakah setelah hidup? Sederet pertanyaan itulah yang seharusnya kita jawab untuk merasakan lezatnya hidup.
Bumbu kehidupan yang bercampur membuat hidup ini beraneka rasa. Terasa gurih seperti makan tempe keripik, terasa kenyal dan manis ketika kita makan permen karet, terasa pahit memakan obat atau jamu dan lain sebagainya. Kehidupan juga akan terasa gurih, manis, pahit, asam, asin, maupun tanpa ada rasa, dan itulah rasa kehidupan.
Tinggal kita bagaimana meramu dan meracik bumbu-bumbu itu. Diperlukan kepiawaian dan keahlian yang handal untuk meramunya. Memang sulit, tapi sebenarnya tidak sesulit apa yang kita bayangkan. Kata kuncinya adalah mau gak kita untuk meramunya menjadi sebuah masakan kehidupan yang lejat untuk dimakan sebagai kebutuhan kita.
Tentunya dibutukan sebuah referensi resep-resep untuk menyajikan sebuah menu kehidupan yang lezat. Maka dari itu, buku kecil ini lahir dari permasalahan-permasalahan yang hadir dihadapan kita dan selalu mengiringi langkah perjalanan hidup ini. Hidup itu apa ? Bagaimana menyelaminya agar terasa lezat? Kapan harus meramunya? Dan Bagaimana merasakan kelezatanya.
Ponorogo, 22 Oktober 2016
Salam Sukses Selalu
By Kang Win

"Penjara Suci"

"Penjara Suci"
Oleh: Kang Win
Dibalik penjara suci
Seakan teriak-teriak penuh koyak
Menentang kebiasaan akan hukuman
Berbuat diluar nalar
Bergumam akan teriakan nan hujatan
Perih diantara rintih
Keluh terasa perut tak penuh
Malas disela-sela ingin bebas
Semua bak hiruk pikuk bertabur kabur
Penjara suci
Bak tempat tercambuk tercekik nan tertindas
Tercambuk demi mengklupas mental krupuk
Tercekik demi menghalang mental licik
Tertindas demi menguliti malas
Bukan penjara akan hukuman
Bukan penjara akan kesalahan
Bukan penjara akan kejahatan
Melainkan
Penjara penggemblengan mental kemandirian
Penjara akan penanaman kebersamaan
Penjara akan arti kesederhanaan
Penjara akan arti sebuah perjuangan
Penjara akan arti sebuah harapan
Penjara akan arti keimanan nan ketaqwaan
Penjara Suci
Bukan untuk gengsi
Bukan untuk beradu emosi diri
Bukan untuk berlomba menonjolkan diri
Bukan untuk atasnama absensi
Bukan untuk proyek penjual ajaran Sang Illahi
Penjara suci
Akan berarti jika diikuti sepenuh hati
Akan berarti jika diikuti tanpa paksaan diri
Akan berarti jika diikuti dengan sadar diri
Akan berarti jika iikuti rasa khlas karena Sang Illahi Robi
22-06-2015
#Salam_Sukses_Selalu



/https://www.facebook.com/Wujudkanimajinasimu/

Puisi

"Awan" Oleh:  Kang Win Awan mulai menylimuti matahari Cahaya panas kian menghilang Bak sirna dalam ke Hirupikukan Tak ada awan, t...