Saturday 27 November 2010

puisi

Bumbu kehidupan”
Hidup penuh tanda tanya
Besuk apa yang terjadi tak tau
Manis maupun pahit pasti terjadi
Hati tak mengerti
Pikiran penuh emosi
Tatkala perasaan diombang-ambing
Rasanya tak kuat
Seakan –akan ingin berteriak keras
Hatipun merintih-rintih
Rasanya sakit
Tak terobati
Ah……….!
Tu semua bumbu kehidupan
Tnpa itu hidup takkan berarti
                                       220209 By Mas Erwin
“Sendirian”
Malam yang hening
Hawa dingin kian melinting
Ramai berganti sunyi
Lampu diam terang
Angin mulai merata
Dinginpun mulai masuk berlahan
Badan merasa kualahan
Ah….ah…..ah
Dingin….
Dingin….
Kupegang badanku
Kakiku ketakutan
Gigiku beralunan
Tak kuat kutahan
Gimana ini….?
Oh Tuhan
Tuhan
Aku sendirian
Bantuan tak datng
Orang-orang tak kasihan
Oh …Tuhan
                                          100509 By Mas Erwin

Marah”
Takuuut….
Maleesss….
Aduuuuh
Sakit
Sakit
Sakit
Rasanya sakit
Sakit rasanya
Maluuu…
Malu aku
Marah
Rasanya ingin marah
Marah dalam hati
Hati yang paling dalam
                                                    By Mas Erwin









Cinta”
Cintaaa…
Apa itu cinta
Cinta…cinta…cinta…
Lari cepat
Bagaikan kilat
Tak kuasa kutahan
Cinta
Cinta menggoda
Cinta kadang jadikan dosa
Cinta itu maut
Mauuat…!
Aku heran
Kenapa ini?
Inikah cinta?
Cinta itu semu
Semu tak tau
Tak terasa
Tak disangka
Tak merasa

Friday 19 November 2010

opini

Sudah berkualitaskah
Produksi Pendidikan Bangsa Kita?
Oleh Erwin Purwanto*

Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Tanpa adanya pendidikan manusia akan mengalami kebuntuan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Persoalan setiap saat bahkan setiap detik pasti akan muncul, baik persoalan pribadi maupun persoalan sosial di masyarakat. Pendidikan dituntut sebagai alat mengatasi problematika yang setiap saat  menghantui manusia.
Di Indonesia sistem pendidikan yang ada terbagi menjadi dua, yakni pendidikan non formal dan pendidikan formal. Pendidikan non formal dipahami sebagai sebuah sistem pendidikan yang dikelola oleh sebagian kelompok masyarakat tertentu dengan menggunakan sitem pendidikan seperti pesantren maupun madrasah diniyah. Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini sebagian besar berkaitan dengan ilmu-ilmu keagamaan. Sedangkan pendidikan formal adalah sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah yang mekanisme kerjanya dilakukan di bawah Departemen Pendidikan Nasional dan Departeman Agama. Departeman Pendidikan Nasional mengelola  institusi-institusi yang di dalamnya mempelajari ilmu-ilmu umum, sedangkan Departeman Agama mengelola institusi pendidikan yag mengajarkan ilmu-ilmu umum sekaligus ilmu-ilmu keagamaan, dengan harapan para lulusan yang ada disamping mahir dalam bidang ilmu umum namun juga mampu dalam hal keagamaan. (Supriyoko, Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional: 2007). Pemerolehan pendidikan tidak hanya bergantung kepada pemerintah saja, akan tetapi masyarakat sendiri ikut andil dalam mewujudkan iklim pendidikan yang sesuai dengan harapan, yaitu pendidikan yang berkualitas.
Manusia berkualitas dalam pengertian secara umum adalah sosok individu yang mampu menghadapi tantangan global dalam persaingan pengetahuan dan teknologi canggih. Tantangn tersebut berkaitan erat dengan persaingan di dunia usaha memasuki era pasar global, di mana persaingan yang ada bersifat global. Produk yang dihasilkan harus sesuai dengan mutu standar internasional dengan tetap mengedepankan  kualitas produk yang terbaik antara satu negara dengan negara lainnya. Tantangan lainnya adalah tuntutan kompetensi  kerja dan pembelajaran. Setiap individu dituntut  untuk bekerja secara profesional kualitas, akrap teknologi, serta mampu mengikuti kemajuan dan perubahan cepat yang dipacu oleh ilmu pengetahuan  dan teknologi(Supriyoko, Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional: 2007)..  
Islam menyebutkan, manusia berkualitas adalah manusia memiliki kemampuan yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan ilmu keagamaan. Kemampuan keagamaan yang ada berfungsi sebagai landasan dalam segala aktifitas kesehariannya serta segala sesuatu yang dilakukannya didasarkan pada penyerahan diri kepada Yang Maha Esa(Abbudun Natta, Filsafat Pendidikan Islam.1997). Manusia hidup di dunia dibekali akal dan pikiran untuk mempertahan hidup di dunia serta mempersiapkan bekal untuk menuju alam kelanggengan. Dalam memperthankan hidup, manusia diwajibkan untuk bekerja keras dan berdo’a serta hasilnya dipasrahkan kepada Allah SWT.
Membentuk Manusia berkualitas tidak semudah yang kita banyangkan, seperti membalikkan telapak tangan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang  atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan demikian pembentukan manusia bekualitas membutuhkan jangka waktu yang panjang,tidak diinstankan atau istilah lain di karbit langsung jadi. Maka dari itu faktor terpenting dalam dunia pendidikan selain sarana prasarana yag memadahi yaitu pendidik atau guru yang selalu bersentuhan dengan generasi bangsa.
Menurut K.H Hasyim Asya`ri adab beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, khususnya pendidik Islam adalah adab atau etika bagi alim/para guru. Paling tidak menurut KH Hassyim Asya`ri ada dua puluh etika  yang harus dipunyai oleh guru ataupun calon guru. Pertama, selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dalam keadaan apapun, bagaimanapun, dan dimanapun. Kedua, mempunyai rasa takut kepada Allah atau khouf dalam keadaan apapun baik dalam gerak, diam, perkataan maupun dalam perbuatan. Ketiga, mempunyai sikap tenang dalam berbagai hal. Keempat, berhati-hati atau wara dalam perkataan, maupun dalam perbuatan. Kelima, tawadhu, tawadhu adalah dalam pengertian tidak sombong, dapat juga dikatakan rendah hati. Keenam, khusuk dalam segala ibadah. Ketujuh, selalu berpedoman kepada hukum Allah dalam segala hal. Kedelapan, tidak menggunakan ilmunya hanya untuk tujuan duniawi saja. Kesembilan, tidak rendah diri di hadapan pemuja dunia. Kesepuluh, zuhud dalam segala hal. Kesebelas, menghindari pekerjaan yang menjatuhkan mertabatnya. Keduabelas, menghindari tempat-tempat yang dapat menimbulkan maksiat. Ketiga belas, selalu menghidupkan syiar Islam. Kempat belas, menegakkan sunnah rosul. Kelima belas, menjaga hal-hal yang dianjurkan. Keenam belas, bergaul dengan sesama manusia secara ramah. Ketujuh belas, menyucikan jiwa. Kedelapan belas, selalu berusaha mempertajam ilmunya, serta terbuka untuk umum, baik saran maupun kritik. Kesembilan belas, selalu mengambil ilmu dari orang lain tentang ilmu yang tidak diketahuinya.Dan kedua puluh, meluangkan waktunya untuk menulis atau mengarang buku(Posmo,April 2010).
Dengan memiliki dua puluh etika tersebut diharapkan para guru menjadi pendidik yang baik, pendidik yang mampu menjadi teladan anak didik. Sehingga pendidikan bangsa kita bisa berkualitas dan dapat menghasilkan mutu pendidikan yang bisa membawa bangsa ini semkin baik dari terkeburukan saat ini.









*PBSI A 07,
Commen: erwinpurwanto.blogspot.com. 

Puisi

"Awan" Oleh:  Kang Win Awan mulai menylimuti matahari Cahaya panas kian menghilang Bak sirna dalam ke Hirupikukan Tak ada awan, t...